Sabtu, 14 Januari 2012

TUGAS AKHIR MULTIVARIAT

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG MINAT MASYARAKAT DI KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN INTERNET BANKING

LATAR BELAKANG

  Dalam rangka memperluas jaringan pelayanannya disamping membuka kator-kantor cabang  di berbagai tempat, saat ini bank mulai melibatkan penggunaan teknologi informasi khususnya internet banking untuk mempermudah proses bisnisnya. Internet banking pertama kali muncul di  Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1990-an, dimana lembaga keuangan di Amerika Serikat  memperkenalkan dan mempromosikan internet banking untuk menyediakan layanan perbankan yang lebih baik (Chan and Lu 2004:21). Bagi pihak bank, internet banking memberikan beberapa keuntungan. Keuntungan pertama adalah business expansion. Dahulu sebuah bank harus memiliki  beberapa kantor cabang untuk beroperasi di berbagai tempat. Usaha ini memerlukan biaya yang tidak kecil. Kemudian hal ini dipermudah dengan hanya meletakkan mesin ATM sehingga dengan adanya mesin ATM tersebut dapat hadir di berbagai tempat.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, muncul teknologi internet banking dan phone  banking yang dengan menggunakan teknologi tersebut mulai menghilangkan batas fisik, batas ruang dan waktu. Layanan perbankan dapat diakses dari mana saja di seluruh Indonesia, dan bahkan dari seluruh dunia. Keuntungan kedua adalah customer loyality.

Nasabah, khususnya yang sering bergerak (mobile), akan merasa lebih   nyaman untuk melakukan aktivitas perbankannya berbeda-beda di berbagai tempat. Keuntungan ketiga adalah revenue and  cost improvement. Biaya untuk memberikan layanan perbankan melalui internet banking dapat lebih murah daripada membuka kantor cabang. Keuntungan keempat adalah competitive advantage. Bank yang tidak memiliki mesin ATM akan sukar berkompetisi dengan bank yang memiliki banyak mesin ATM. Demikian pula bank yang memiliki internet banking akan memiliki  keuntungan dibandingkan dengan bank yang tidak  memiliki internet banking. Di masa yang akan datang, nasabah memiliki kecenderungan untuk membuka account di bank yang memiliki fasilitas internet banking. Keuntungan yang kelima adalah new business model. Internet banking memungkinan adanya bisnis model yang baru.
Layanan internet banking diberikan oleh bank dengan tujuan utama memberikan kemudahan kepada nasabah. Pelayanan perbankan melalui internet tersebut berupa situs dari suatu bank tertentu yang menyediakan pelayanan perbankan langsung tanpa perlu datang ke bank yang bersangkutan. Dengan adanya situs ini, nasabah suatu bank akan semakin mudah untuk melakukan kegiatan perbankan karena mereka dapat mengakses situs tersebut dan menggunakan fitur-fitur yang ada di dalamnya seperti cek saldo, mutasi rekening sampai transfer, melakukan pembayaran tagihan, pembelian voucher prabayar, dan lain-lain, di mana saja dan kapan saja, asalkan memiliki koneksi ke internet. Kemudahan lainnya ialah karena situs itu sama seperti situs-situs lain pada umumnya, sehingga nasabah dapat secara langsung mengakses.
Keberhasilan internet banking tergantung dari bagaimana nasabah menerima system tersebut. Oleh karena itu, penting bagi pihak bank untuk mengetahui bagaimana para konsumennya mengapresiasi jasa internet banking agar dapat membantu menemukan rencana strategis dan meningkatkan pangsa pasar. Dengan kata lain, isu penting bagi pihak ketika menerapkan internet banking adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan para nasabah menggunakan jasa pelayanan internet banking. Karena dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka pihak bank penyedia layanan internet banking dapat mendorong minat nasabah yang sebenarnya memiliki fasilitas untuk mengakses internet banking sehingga mereka mau menggunakan internet banking.

Technology Acceptance Model (TAM), diperkenalkan pertama kali oleh Davis pada tahun 1989. TAM dibuat khusus untuk pemodelan adopsi pengguna system informasi. Menurut Davis (1989), tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna komputer. TAM menganggap bahwa dua keyakinan variabel perilaku utama dalam mengadopsi sisitem informasi, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi pengguna terhadap penggunaan (perceived ease of use).

Menurut Davis (1989), tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna komputer. TAM menganggap bahwa dua keyakinan variabel perilaku utama dalam mengadopsi sisitem informasi, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi pengguna terhadap penggunaan (perceived ease of use). Perceived usefulness diartikan sebagai tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan system tertentu dapat meningkatkan kinerjanya, dan perceived ease of use diartikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan system tidak diperlukan usaha apapun (free of effort). perceived ease of use juga berpengaruh pada perceived usefulness yang dapat diartikan bahwa jika seseorang merasa system tersebut mudah digunakan maka system tersebut berguna bagi mereka.

Berbagai penelitian dilakukan untuk mempelajari proses integrasi teknologi semenjak tahun 1970-an. Beberapa model telah dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, diantaranya yang tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset bidang teknologi informasi, seperti Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planned Behavior (TPB), dan Technology Acceptance Model (TAM). Model TAM yang dikembangkan oleh Fred D. Davis (1989) merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan dalam penelitian TI karena model ini lebih sederhana dan mudah diterapkan (Iqbaria, 1995). Model TAM diadopsi dari model Theory of Reasoned Action (TRA), yaitu teori tindakan beralasan yang dikembangkan oleh Fishben dan Ajzen (1975).

            Hasil penelitian terdahulu oleh Taylor dan Todd (1995) menyatakan bahwa relative advantage mempunyai pengaruh yang signifikan  terhadap sikap (attitude) , tetapi Perceived Ease of Use  tidak berpengaruh pada sikap.  Penelitian yang juga  dilakukan oleh Black,N.J., locket, A., Winklhofer, H. & Ennew, C. (2001) mengungkapkan bahwa responden menilai bahwa  menggunakan Internet lebih dirasakan manfaatnya jika dibandingkan dengan saluran lain dikarenakan oleh adanya keuntungan ekonomi karena ada menyimpan uang atau menabung di lembaga-lembaga keuangan. pengadopsi mengakui adanya manfaat (aksesibilitas, kenyamanan, biaya, kontrol) dari Internet untuk layanan perbankan, meskipun banyak menyatakan keberatan terhadap produk-produk keuangan yang lebih kompleks. Non-pengadopsi  tetap  berhati-hati dalam menggunakan teknologi, juga memperhatikan risiko, dan tanpa adanya interaksi tatap muka. TAM menganggap bahwa dua keyakinan variabel perilaku utama dalam mengadopsi sisitem informasi, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi pengguna terhadap penggunaan (perceived ease of use). Perceived usefulness diartikan sebagai tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan system tertentu dapat meningkatkan kinerjanya, dan perceived ease of use diartikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan system tidak diperlukan usaha apapun (free of effort). perceived ease of use juga berpengaruh pada perceived usefulness yang dapat diartikan bahwa jika seseorang merasa system tersebut mudah digunakan maka system tersebut berguna bagi mereka.                     

 Studi   yang dilakukan oleh Gopi, M dan Ramayah, T. (2007) menunjukkan hasil temuan mereka adalah bahwa sikap terhadap perilaku, subjective Norm, dan perceived behavioral control mempunyai hubungan  positif yang signifikan dengan niat perilaku  untuk menggunakan perdagangan saham melalui internet. Hubungan positif yang signifikan dari sikap, subjective norms, dan PBC ini juga sejalan dengan  penelitian yang dilakukan oleh  Taylor dan Todd (1995), Mathieson (1991), Ramayah et al (2003),  Jian Liang (2005), Ramayah dan Moh.Suki (2006), dan Jen-Reui et al (2006).Kemudian Karjaluoto, H., Mattila, M.  (2002) telah melakukan penelitian dan hasil temuannya mengungkapkan bahwa  faktor-faktor demografi mempunyai pengaruh pada perilaku menggunakan online banking. Dari faktor demografi, pekerjaan dan pendapatan rumah tangga nerupakan variabel yang signifikan.

Meskipun berbagai keuntungan ditawarkan  melalui internet banking, namun sistem ini kurang diminati dan sangat jarang digunakan oleh  nasabah yang memiliki fasilitas untuk mengakses internet banking. Sebagian besar nasabah tersebut  lebih memilih mengantri di bank atau menggunakan  ATM (Automated Teller Machines) untuk  melakukan transaksi perbankan padahal mereka  dimungkinkan untuk menggunakan internet  banking.

Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia umumnya dan di Kalimantan Barat khususnya pada tahun 2011 ini sungguh sangat luar biasa besar jumlahnya. Ada sekitar 45 juta orang yang mengakses internet menggunakan browser desktop (browser PC),semisal Internet Explorer,Fire Fox,Opera,Safari,Chrome,dan lain lain .  Pengguna online banking Indonesia meningkat dari 435.000 pada Januari 2010 menjadi 749.000 setahun (News world, 2011).  Namun,pertumbuhan pengguna internet yang sangat luar biasa Fantastis jumlahnya justru datang dari netter mobile alias pengakses internet yang menggunakan perangkat genggam semisal Ponsel,Blackberry,Iphone,dan lain lain . Hal ini memang dapat dimengerti oleh akal sehat kita,mengingat akan jumlah penduduk Indonesia saat sekarang yang rata-rata sudah memiliki sebuah perangkat genggam (Ponsel) dan sudah bisa akses internet melalui Ponselnya tersebut.
Penggunaan Internet sangat bervariasi di seluruh Indonesia, mencerminkan perbedaan jangkauan, ukuran pasar dan kondisi infrastruktur. Penggunaan tertinggi adalah di Jakarta, diikuti oleh kota-kota besar lainnya di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Kemampuan yang lebih sederhana terdapat di pedesaan yang lebih banyak mengandalkan satelit dan warnet (Internet café).
    Di satu sisi internet banking sangat bermanfaat tetapi di sisi lain ternyata internet banking kurang diminati oleh nasabah yang memiliki  fasilitas untuk mengakses internet banking yang terbukti dengan hanya sedikit saja nasabah yang  menggunakan internet banking.  Hal ini dikarenakan oleh bahwa Pengguna online banking Indonesia hanya sebanyak  749.000 orang pada tahun 2010 (News world, 2011). Dari fakta inilah  menimbulkan ketertarikan untuk meneliti tentang  faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi  minat menggunakan internet banking oleh penggunanya. Karena dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka pihak bank penyedia layanan internet banking dapat mendorong minat nasabah yang sebenarnya memiliki fasilitas untuk mengakses internet banking sehingga mereka mau menggunakan internet banking.

Penerimaan  konsumen di Kalimantan Barat terhadap internet banking service  sangat  penting dalam menentukan kelayakan dari  layanan perbankan yang baru dan mengimplementasi jasa perbankan berbasis teknologi baru dengan berhasil. Berhasil atau gagalnya penerapan Internet Banking oleh Bank ini sangat tergantung penerimaan konsumen di Kalimantan Barat untuk secara kontinu menggunakan internet banking dalam melakukan transaksi mereka. Menurut Dover (1993) sekarang adalah saat yang tepat  untuk melakukan penelitian untuk memberikan  wawasan yang lebih besar kepada konsumen yang mempunyai niat untuk mengadopsi layanan perbankan Internet tersebut.
Tren dari adopsi internet banking ditambah dengan pergeseran lanskap di industri perbankan , menyarankan internet banking dapat menjadi saluran distribusi yang penting untuk semua bank di Kalimantan Barat. Oleh karena itu , ada kebutuhan untuk memahami faktor faktor yang memengaruhi nasabah bank di Kalimantan Barat tersebut  mengadopsi internet banking tersebut Namun, terdapat  studi empiric yang terbatas untuk mengidentifikasi factor dan / atau pentingnya relatif dari factor-faktor  ini yang memengaruhi pelanggan di Kalimantan Barat dalam mengambil keputusan untuk mengadopsi internet banking . Oleh sebab itu , studi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para akademisi dan praktisi tentang faktor dan pentingnya mereka yang memengaruhi minat nasabah dalam mengadopsi internet Banking di wilayah Kalimantan Barat.
RESEARCH GAP
    Tinjauan literatur dan penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa telah banyak studi dilakukan mengenai isu-isu  yang berkenaan dengan internet banking di negara-negara Australia (Sathye, 1999), Malaysia (Mukti, 2000: Sohail dan Shanmugram 2004), Singapura (Gerrard  dan Cunningham,  2003a, 2006b), di Saudi Arabia (Sohail dan Shaikh, 2007).
    Di Indonesia juga sudah ada beberapa peneliti yang melakukan penelitian di daerah  mengenai isu-isu yang berkenaan dengan internet  banking,yaitu di  daerah Depok (Wijayanti, R. 2009), di Bekasi (Christiyanti & Medyawati,   2010), di Surabaya (Widyarini,L.A. 2005: Maharsi, S., & Mulyadi, Y. 2007), di daerah Istimewa Jogjakarta (Kusuma dan Susilowati, 2007).
Dalam penelitiannya,Wijayanti, R (2009) memfokuskan pada 9 konstruk yaitu personalisasi (Personalization) terhadap persepsi pengguna manfaat (perceived usefulness), computer self efficacy terhadap persepsi pengguna manfaat (perceived usefulness), computer self efficacy terhadap persepsi pengguna kemudahan dalam penggunaan (perceived ease of use), kepercayaan terhadap persepsi pengguna manfaat (perceived usefulness), kepercayaan terhadap persepsi pengguna kemudahan dalam penggunaan (perceived ease of use), persepsi pengguna kemudahan dalam penggunaan (perceived ease of use) terhadap persepsi pengguna manfaat (perceived usefulness), personalisasi (Personalization) dan computer self efficacy dan kepercayaan terhadap persepsi pengguna manfaat (perceived usefulness), personalisasi (Personalization) dan computer self efficacy dan kepercayaan terhadap persepsi pengguna kemudahan dalam penggunaan (perceived ease of use), personalisasi (Personalization) terhadap persepsi pengguna kemudahan dalam penggunaan (perceived ease of use). Christiyanti & Medyawati ( 2010) memfokuskan pada  the person's ability to use computers, interface design , Experience of computer use, relevance, security dan privacy, perceived ease of use, serta perception of its usefulness dan the real usage dan acceptance of e-banking. Widyarini,L.A. (2005) dalam penelitiannya memfokuskan pada attitude to use internet banking, subjective norms,  value  and  risk to use internet banking, dan perceived ease of use, serta behavior  intentions. Maharsi, S., & Mulyadi, Y.( 2007) menekankan pada Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, dan Perceived Credibility, Faktor Computer Self Efficacy, dan minat menggunakan internet banking. Kusuma dan Susilowati, (2007) memfokuskan pada alliance service, task familiarity, dan perceived ease of  use.

Penelitian-penelitian mengenai penggunaan atau adopsi internet banking oleh bank-bank yang ada di Kalimantan Barat belum pernah dilakukan sama sekali. Penelitian yang sekarang ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi  minat masyarakat khususnya orang dewasa dan juga menambahkan faktor budaya dan aspek religiosity di dalam konteks Kalimantan Barat. Hal ini mengingat adanya perbedaan karakter manusia di Kalimantan Barat dengan di Depok, Bekasi, Surabaya, dan Daerah Khusus Jogjakarta, serta daerah lain di Indonesia.

Kalimantan Barat (Kal-Bar) merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Kalimantan. Kal-Bar terletak pada koordinat 3º 20′ LS – 2º 30′ LU 107º 40′ – 114º 30′ BT, Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2000 berjumlah 4.073.430 jiwa (1,85% penduduk Indonesia). Daerah Kalimantan Barat dihuni oleh Penduduk Asli Dayak dan kaum pendatang lainnya dari Sumatra dan kaum urban dari tiongkok dan daerah di Indonesia lainnya. Suku Bangsa yang Dominan Besar yaitu Dayak ,Melayu dan Tionghoa, yang jumlahnya melebihi 90% penduduk Kalimantan Barat. Selain itu, terdapat juga suku-suku bangsa lain, antara lain Bugis, Jawa, Madura, Minangkabau, Sunda, Batak, dan lain-lain yang jumlahnya dibawah 10%. Dari berbagai suku ini tentunya masing-masing memiliki adat istiadat yang berbeda-beda sehingga masing-masing suku mempunyai cara pandang kehidupan yang berbeda pula dalam aspek sosial budaya. Dari pemahaman penulis, sosial dapat berarti kemasyarakatan sedangkan budaya dapat berarti cara hidup yang dianut dalam masyarakat.. Kal-Bar dapat dikatakan sebagai daerah yang memiliki masyarakat yang majemuk karena masyarakatnya yang multikultural. Pada dasarnya suatu masyarakat dikatakan multikultural jika dalam masyarakat tersebut memiliki keanekaragaman dan perbedaan. Keragaman dan perbedaan yang dimaksud antara lain, keragaman struktur budaya yang berakar pada perbedaan standar nilai yang berbeda-beda, keragaman ras, suku, dan agama, keragaman ciri-ciri fisik seperti warna kulit, rambut, raut muka, postur tubuh, dan lain-lain, serta keragaman kelompok sosial dalam masyarakat. Sehingga masyarakat multikultural dapat dikatakan sebagai pola hidup dalam bermasyarakat yang menempati suatu wilayah yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dalam kesederajatan. Pada hakikatnya masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku yang masing-masing mempunyai struktur sosial dan budaya yang berbeda-beda.
1.2.Rumusan Masalah
Inovasi teknologi ( norton , reed , dan walden , tahun 1995 ) akan segera  mengganti cara tradisional yang dilakukan oleh perbankan. Dengan adanya persaingan yang sangat gencar , globalisasi , dan merger dan akuisisi dimana mana di  dalam industri perbankan , sekarang ini lebih banyak bank  berfokus pada mengembangkan internet banking. Penggunaan telepon dan internet banking   dipromosikan untuk membawa perubahan pada perilaku konsumen perbankan.  Namun , internet banking belum banyak diadopsi oleh Pelanggan bank di Kalimantan Barat. Penelitian ini menyelidiki faktor yang mempengaruhi pelanggan  mengadopsi  internet banking di Provinsi Kalimantan Barat
Jumlah orang-orang yang mengakses  Internet adalah salah satu faktor yang menentukan tingkat permintaan layanan internet banking. Biaya dan kecepatan koneksi Internet  adalah faktor-faktor penting lain (Li dan Worthington, 2004; Sohail dan Shanmugham, 2003). Li dan Worthington (2004) juga berpendapat bahwa kepercayaan klien pada transaksi internet banking juga memengaruhi tingkat adopsi. Sebagai contoh, bagaimana bank menghadapi salah dalam melakukan transaksi  dan masalah keamanan  yang mungkin terjadi selama dampak  perbankan online pada kepercayaan. Jayawardhena dan Foley (2000) juga mengungkapkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara kecepatan  situs download  dan kepuasan pengguna web kepuasan dalam konteks perbankan. Selain itu, fitur situs lainnya seperti konten dan desain, interaktivitas, navigasi dan keamanan merupakan faktor penting yang mempengaruhi adopsi Internet banking (Jayawardhena dan Foley, 2000).
. Padachi, Rojid, dan Seetanah (2007) menyarankan bahwa pilihan saluran komunikasi berpengaruh pada hubungan antara bank dan pelanggan mereka.  Clark dan pabrik (1993) menjelaskan bahwa sementara beberapa orang mungkin ingin untuk membangun hubungan yang lebih pribadi dan bersahabat , mungkin ada individu lain menghargai efisiensi layanan dan memilih sebuah asosiasi yang lebih impersonal. Padachi, Rojid, dan Seetanah (2007) berpendapat bahwa pelanggan yang menginginkan manfaat sosial dan psikologis dengan membangun hubungan pribadi dengan bank-bank akan lebih suka tatap muka interaksi impersonal daripada melakukan hubungan internet banking secara  virtual.
Merujuk pada informasi di atas , rumusan masalah  yang dibuat dalam penelitian ini adalah  Faktor- factor apa saja yang memengaruhi niat masyarakat di Kalimantan Barat Mengadopsi Internet Banking?
1.3.Tujuan Penelitian

Sekarang ini internet banking di dunia ini berkembang pesat dan demikian juga banyak konsumen juga mempunyai  preferensi positif terhadap internet banking dan hal ini tentunya menarik lebih banyak lembaga keuangan yang menawarkan Internet banking  . Lembaga keuangan dapat memanfaatkan teknologi Internet untuk menawarkan solusi terhadap masalah biaya perbankan. Namun, Internet banking belum banyak  banyak digunakan di Kalimantan Barat . Oleh karena itu, pemasar di bank dan lembaga keuangan, dan akademisi  akan mengambil manfaat dalam memahami faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat di Kalimantan Barat mengadopsi Internet banking dan relatif pentingnya faktor-faktor ini. Mereka juga perlu memahami bagaimana efek karakteristik demografis pada internet banking. Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi adopsi internet banking oleh masyarakat di Kalimantan Barat dipandang dari sudut  TAM (technology Acceptance Model).
1.4. KONTRIBUSI PENELITIAN
Penelitian ini berharap dapat membuat beberapa kontribusi untuk akademik dan industri perbankan. Kontribusi utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang akan memengaruhi konsumen mengadopsi internet banking di Kalimantan Barat . Studi ini juga menentukan faktor yang paling penting yang berkaitan dengan penggunaan internet banking. Selain itu, studi menentukan dampak dari  karakteristik demografis pada penggunaan internet banking. Informasi ini juga akan memberikan wawasan kepada konsumen  dalam proses pengambilan  mengenai internet banking. Informasi ini harus juga memungkinkan bank untuk merencanakan penawaran jasa dan produknya secara strategik.
1.5..  TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1.5.1. Attitude
        Attitude telah lama  diidentifikasi sebagai konstruk yang memandu perilaku masa depan atau penyebab niat yang pada akhirnya mengarah pada perilaku tertentu. Di TRA, sikap ini disebut sebagai efek evaluatif dari perasaan positif atau negatif individu dalam melakukan perilaku tertentu (Fishbein dan Ajzen, 1975). Definisi yang lebih baru dari sikap adalah tingkat kesenangan dan ketidksenangan dari individu yang mempunyai perasaan terhadap objek psikologis (Ajzen dan Fishbein, 2000).
Studi yang dilakukan oleh Gopi, M., & Ramayah, (2007)  telah menunjukkan bahwa sikap terhadap perilaku mempunyai hubungan langsung yang positif dan signifikan memiliki hubungan dengan perilaku positif niat untuk menggunakan perdagangan saham melalui internet . hubungan sikap yang langsung dan positif ,  ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh taylor dan todd ( tahun 1995 ) , mathieson ( tahun 1991 ) , ajzen ( tahun 1991 , tahun 2002 ) , ramayah et al .( 2003 ) , ma aruf et al . ( 2003 ) , yulihasri ( 2004 ) , mungkin ( 2005 ) , ing long dan jian liang ( 2005 ) , ramayah dan mohd . suki ( 2006 ) , dan jen ruei et al . ( 2006 ).Dengan demikian, hipotesis adalah:
Hipotesis 1 :  Sikap terhadap penggunaan internet banking akan secara positif 
                        berhubungan dengan niat untuk menggunakan  online banking.

1.5.2. Subjective norms

Subjective norms  didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai kemungkinan bahwa kelompok referensi atau individu menyetujui atau menolak melakukan perilaku yang diberikan ( fieshbein dan ajzen , tahun 1975 ; ajzen , tahun 1991 ) . Subjective norms  ditampilkan sebagai determinan langsung dari niat perilaku dalam TRA ( fishbein dan ajzen , tahun 1975 ) , TPB ( ajzen , tahun 1991 ) dan TPB ( taylor dan todd , tahun 1995 ) . Menurut akal sehat ini , di bawah tekanan sosial dan pengaruh sosial yang signifikan  , individu akan melakukan perilaku tersebut walaupun individu tidak suka melakukan perilaku tersebut ( dan venkatesh davis , 2000 ) . Studi yang dilakukan oleh Gopi, M., & Ramayah, (2007)  telah menunjukkan bahwa Subjective norms mempunyai hubungan langsung yang positif dan signifikan memiliki hubungan dengan perilaku positif niat untuk menggunakan perdagangan saham melalui internet. Penelitian sebelumnya juga sudah menjelaskan pentingnya konstruk dalam ilmu social termasuk dalam studi perbankan  (Amin et al. 2007; Nysveen et al., 2005; Kleijnen et al., 2004). Amin et al. (2007) sendiri mendapatkan bahwa  subjective norm merupakan predictor kunci untuk pemakaian  mobile banking dari sudut pandang orang Malaysia. Dengan demikian, hipotesis adalah:
Hipotesis 2 :  Subjective norms  akan secara positif   berhubungan dengan niat
                        untuk menggunakan  online banking

1.5.2. 1.Norma Sosial

Norma social atau tekanan normative  (Nysveen et al., 2005)mengacu pada  persespsi seseorang bahwa sebagaian besar orang yang penting baginya  seharusnya atau seharusnya  tidak melakukan perilaku yang dibicarakan (Fishbein and  Ajzen, 1975). Menurut Nysveen et al. (2005), social norm atau  normative pressure – digambarkan untuk memengaruhi niat perilaku  dalam berbagai studi berdasarkan teori tindakan beralasan (TRA). Nysveen  et al. (2005) berpendapat bahwa  social norm memengaruhi niat lebih kuat  untuk pemakai perempuan dalam hal menggunakan layanan ngobrol mobile. Nyatanya ,  normative pressures tidak mempunyai efek atau ppengaruh pada niat menggunakan layanan mobile chat  bagi laki-laki . Singkatnya  mereka berpendapat bahwa  social norm memengaruhi niat untuk menggunakan layanan mobile chat . hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang diteliti oleh Venkatesh dan Morris (2000). Penelitian yang dilakukan oleh  Venkatesh and Morris (2000) mendapatkan bahwa terdapat pengaru yang lebih kuat dari  social norm pada niat perilaku . Karya oleh  Venkatesh dan  Morris (2000) dilakukan dalam konteks penggunaan teknologi di tempat kerja..Di  Malaysia, penelitian yang dilakukan oleh Ramayah et al. (2002a) mendapatkan bahwa semakin besar  tekanan social norm , semakin tinggi niat menggunakan  Internet  banking. Social norm didapatkan merupakan  factor yang sangat signifikan yang memengaruhi  niat menggunakan internet banking. Social norm juga merupakan konstruk yang penting yang dapat menjelaskan penerimaaan pelanggan bank islam terhadap internet banking di masa yang akan datang. Dengan demikian, hipotesis adalah :
HIPOTESIS 3 :  Subjective Norms (Social norm) mempunyai efek positif pada 
                           penerimaan   internet banking di antara   pelanggan Bank di
                           Kalimantan Barat

1.5.2. 2..Religiosity

Konstruk akhir yang akan ditambahkan ke TAM adalah religiusitas. Terdapat studi terbatas dalam pandangan religiusitas terhadap adopsi fasilitas e-banking. Jelas, agama tampaknya mempengaruhi perilaku dalam hidup pada umumnya (Ebaugh, 2002; Francis, 2001). Menurut definisi, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang disertai dengan komitmen untuk mengikuti prinsip-prinsip yang diyakini yang telah ditetapkan oleh Allah (McDaniel dan Burnett, 1990). Agama juga merupakan peranglat keyakinan,ide-ide dan tindakan yang berhubungan dengan realitas yang tidak dapat diverifikasi secara empiris namun diyakini mempengaruhi jalannya peristiwa alam dan manusia (Terpstra dan David, 1991). Seperti itu, dirasakan religiusitas mengacu pada tingkat kepercayaan seseorang bahwa menggunakan TAB akan pengaruh agama, seperti diperbolehkan. Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa agama akan mempengaruhi perilaku konsumen. Ong dan Moschis (2006) menemukan bahwa religiusitas individu berkorelasi dengan perilaku konsumen yang bervariasi berdasarkan usia individu . Namun, itu adalah tidak jelas apakah variabel kausal tersebut adalah perceived religiusitas atau variabel lain yang terkait dengan niat penggunaan TAB. Lebih lanjut, studi sebelumnya  sangat terbatas dan  tidak satupun studi tersebut di atas mengeksplorasi TAB. Untuk mengatasi masalah ini, hipotesis berikut disarankan:

H4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara perceived religiusity  dan niat
       penggunaan .

1.5.3. Perceived behavioral control 

Kepercayaan kontrol dalam TPB ditunjukkan oleh PBC. Konstruk PBC ditambahkan ke dalam model untuk menjawab keterbatasan TRA (Fishbein dan Ajzen, 1975; Ajzen dan Fishbein, 1980), dalam upaya untuk menghadapi situasi di mana individu mungkin tidak mempunyai kontrol  atas perilaku mereka (Ajzen, 1991, 2002). PBC didefinisikan sebagai, ada atau tidak ada kesempatan dan sumber sumber yang diperlukan,persepsi individu mengenai kemudahan atau kesulitan dalam melakukan perilaku yang diteliti (Ajzen, 1991). Singkatnya, kinerja perilaku tertentu yang berhubungan untuk keyakinan individu dengan kemampuannya melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 1991). Studi yang dilakukan oleh Gopi, M., & Ramayah, (2007)  telah menunjukkan bahwa Perceived behavioral control   mempunyai hubungan langsung yang positif dan signifikan memiliki hubungan dengan perilaku positif niat untuk menggunakan perdagangan saham melalui internet. Dengan demikian, hipotesis adalah:
Hipotesis 5 :  Perceived behavioral control  akan secara positif   berhubungan   
                     dengan niat untuk   menggunakan  online banking

1.5.3.1.  Internet  Experience

Crisp, Jarvenpaa, dan Todd (1997) menunjukkan bahwa pengalaman sebelumnya tentang web memengaruhi konsumen mengadopsi komputer dan teknologi secara umum. Kirda dan Kruegel (2006) berpendapat bahwa kenaikan dalam serangan phishing berdampak negatif pada konsumen dalam mengadopsi layanan internet banking. Jiang, Hsu, Klein, dan Lin (2000) mempertimbangkan bahwa pengguna yang lebih berpengalaman dalam Internet, semakin besar kemungkinan dia untuk mengadopsi teknologi baru Internet . Hoppe, Newmam, dan Mugera (2001) mencapai kesimpulan yang sama dan menemukan bahwa pengguna yang lebih berpengalaman dalam menggunakan Internet lebih mungkin untuk mengadopsi teknologi daripada konsumen yang tidak memiliki banyak eksposur ke Internet. Karjuoto et al. (2002) menunjukkan bahwa pengalaman komputer sebelumnya , pengalaman teknologi sebelumnya, dan pengalaman pribadi sebelumnya dalam hal kegiatan  perbankan memiliki pengaruh positif pada sikap dan perilaku online banking. Oleh karena itu, hubungan berikut dihipotesiskan :
Hipotesis 6: Internet experience mempunyai hubungan positif dengan
                     adoption   Internet    banking

1.5.3.2.  Internet Skills

Studi yang dilakukan oleh Lee dan Lee (2001) menunjukkan bahwa pengadopsi Internet banking  cenderung lebih terdidik, lebih kaya dan lebih muda dan mempunyai  pengetahuan yang baik  tentang komputer dan akrab  dengan penggunaan Internet. Yiu, Grant, dan Edgar (2007) dalam studinya mengenai i faktor-faktor yang memengaruhi adopsi Internet banking di Hong Kong, para penulis menunjukkan bahwa kurangnya keterampilan komputer adalah salah satu faktor penting yang memengaruhi nasabah bank dalam mengadopsi layanan internet banking . Polatoglu dan Ekin (2001) mencatat bahwa pengetahuan dan ketrampilan konsumen mengenai Internet sangat penting dalam mengadopsi Internet banking .  Hasil penelitian empiris oleh Karjaluoto, Mattila, dan Pento (2002 b) menunjukkan bahwa pengguna yang tidak pernah menggunakan Internet banking mempertimbangkan Internet banking sebagai sesuatu sulit untuk digunakan karena mereka menganggap bahwa mereka merasa sulit untuk mengoperasikan computer . Menurut studi yang dilakukan oleh Al-Alawi (2005), penulis menunjukkan bahwa pengguna non-Internet banking yang sudah tua juga tidak mempunyai keterampilan komputer dan mereka perlu dididik dasar dasar computer dan bagaimana melakukan internet banking. Selain itu, Gerrard dan Cunningham (2003) menemukan bahwa konsumen yang tidak mengadopsi  Internet banking akan dirugikan oleh ketidakmahiran mereka dalam komputer . Oleh karena itu, hubungan tersebut  dihipotesiskan:

Hipotesis 7: keterampilan Internet yang rendah mempunyai hubungan  negatif 
                      dengan   penggunaan Internet banking.

1.5.3.3. Web Designs/Features

Doll, Raghunathan, Lim dan Gupta (1995) menunjukkan bahwa isi  informasi produk pada web desain dan tata letak adalah faktor penting yang dapat memengaruhi kepuasan pelanggan dan pilihan konsumen dalam mengadopsi  Internet banking. Menurut Lin dan Lu (2001), meskipun internet sudah dikenal, masih banyak konsumen tidak mau  menggunakan layanan Internet banking  karena desain situs Web kurang menarik dan lalu lintasnya  dengan beban yang sangat berat . Untuk entitas keuangan yang berhasil di pasar elektronik, entitas keuangan tersebut  harus mendesain navigasi situs web yang cepat  dan mudah berinteraksi dengan pelanggan (Hernandez Ortega et al., 2007). Situs navigasi memungkinkan pengguna untuk menemukan informasi yang mereka inginkan dan melakukan operasi mereka dengan cepat (Hernandez Ortega et al., 2007). Dengan melakukan Lebih sedikit  klik, semakin besar kemungkinan transaksi cepat selesai. Dengan demikian, entitas  keuangan  akan meningkatkan kepuasan pengguna (Hernandez Ortega et al., 2007) yang dapat meningkatkan tingkat adopsi ini. Oleh karena itu, hubungan tersebut dihipotesiskan:

Hypothesis 8:   Web design/features berhubungan positif dengan adopsi 
                           Internet  Banking

1.5.3.4. Marketing Exposures

Guiltinand dan Donnelly (1983) menekankan pentingnya pengetahuan  sebelum mengadopsi produk inovatif apa saja. Inovatif produk atau layanan tidak akan menikmati sukses besar jika konsumen tidak mengethui  keberadaan dan potensi manfaat yang ditawarkan  (Polasik dan Wisniewski, 2009). Sathye (1999) dan Polatoglu dan Ekin (2001) menunjukkan bahwa pengetahuan konsumen memiliki efek pada mengadopsi  Internet banking . Pengetahuan merujuk kepada pengetahuan konsumen mengenai jenis saluran electronic banking di pasar, pengetahuan  konsumen mengenai manfaat yang terkait dengan electronic banking, dan pengetahuan konsumen tentang bagaimana menggunakan elektronik banking. Selain itu, Sathye (1999) menemukan bahwa kurangnya pengetahuan  tentang Internet banking dan manfaat, termasuk persepsi mengenai teknologi yang tidak diketahui atau dikenal akan member kontribusi pada keengganan konsumen untuk mengadopsi Internet banking. Al-Sukkar dan Hasan (2004) mencatat bahwa kurangnya pengetahuan  mengurangi tingkat adopsi layanan Internet banking. Oleh karena itu, hubungan tersebut dihipotesiskan sebagai berikut :
Hipotesis  9:  Marketing exposure secara positif berhubungan dengan
                       mengadopsi  Internet  banking

1.5..4. Adoption Intention

Gopi, M., & Ramayah, (2007) menjelaskan bahwa PBC juga terbukti menjadi antesenden niat perilaku  untuk menggunakan  perdagangan saham melalui internet. Kebanyakan investor di Malaysia akan memiliki pengalaman dalam mengakses internet untuk memperoleh informasi saham terbaru, pasar saham asing dan kondisi pasar Malaysia, internet banking, pembayaran tagihan secara online , pembelian secara online dan banyak bentuk-bentuk lain dari transaksi internet . Dengan demikian, dengan PBC yang tinggi semakin besar kemungkinan untuk melakukan  perdagangan saham melalui internet. Dengan demikian, hipotesis adalah:
Hipotesis 10 : Niat untuk menggunakan internet banking akan mengarah ke
                       penggunaan internet banking.

1.5.3. Faktor-Faktor yang memengaruhi penerimaan internet banking

1.5.3.1. Awareness of Service and its benefits 

Pikkarainen (2004), telah melaporkan bahwa jumlah informasi pelanggan telah tentang Internet banking dan manfaat yang mungkin memiliki dampak penting pada adopsi Internet banking. Selain itu, Sathye (1999) juga memperhatikan bahwa rendahnya pengetahuan tentang Internet banking merupakan faktor penting yang menyebabkan pelanggan tidak mau mengadopsi internet banking. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Howcroft et al. (2002), temuannya adalah bahwa kurangnya pengetahuan akan layanan perbankan Internet dan manfaatnya merupakan alasan konsumen enggan menggunakan internet banking. Dari penelitian yang dilakukan oleh Al-Somali, Gholami, dan Clegg ( ) didapatkan bahwa pengetahuan akan layanan perbankan melalui Internet dan manfaatnya menjelaskan bahwa terdapat  61%  varians dalam perceived usefulness.Untuk itu penulis mengajukan hipotesis yang berikut:

Hipotesis 11: Awareness of services and its benefits mempunyai dampak
                       positif  pada    perceived usefulness pelanggan.

1.5.3.2.Trust 

Sikap pelanggan  terhadap Internet banking didorong oleh kepercayaan, yang memainkan peran penting dalam meningkatkan kegunaan dalam lingkungan perbankan yang menggunakan internet. Masalah kepercayaan lebih penting dalam online dibandingkan dengan perbankan yang melakukansecara offline karena transaksi ini berisi informasi sensitif dan pihak yang terlibat dalam melakukan transaksi keuangan khawatir dalam melakukan akses file kritis dan informasi yang ditransfer melalui Internet (Alsajjan dan Dennis, 2006; Suh dan Han, 2002). penelitian yang dilakukan oleh Al-Somali, Gholami, dan Clegg ( ) mengungkapkan bahwa kepercayaan dan pendidikan berkontribusi untuk mempengaruhi sikap pelanggan  terhadap menggunakan Internet banking, dengan koefisien jalur  positif sebesar 0.569 dan 0.156. Oleh karena itu, hubungan berikut dihipotesiskan:
Hipotesis 12: Kepercayaan pelanggan mempunyai dampak positif pada
                       sikapnya  menggunakan  Internet banking.




1.5.3.3.Security 

Perhatian utama tentang keamanan virtual merupakan  salah satu alasan umum mengapa konsumen tidak  mau menggunakan layanan Internet banking (Chandya, 2002). Kebanyakan pelanggan merasa tidak nyaman dengan infrastruktur dari sistem keamanan Web (Black, Lockett, Winkhofer, dan Ennew, 2001). Keamanan Internet banking merupakan  salah satu tantangan penting di masa depan bagi bank untuk mengurangi rasa takut dan risiko yang dirasakan oleh pelanggan yang menggunakan Web untuk transaksi keuangan (Cunningham, 2003). Selain itu, pelanggaran keamanan dapat mengakibatkan berbagai masalah seperti pengrusakan sistim operasi , gangguan akses informasi, atau gangguan rekening pelanggan  (Min dan Galle, 1999).
Jun dan Cai (2001) mengidentifikasi atribu kualitas  kunci dari layanan dan produk dari internet banking dengan menganalisis pengalaman pelanggan menggunakan internet banking . Penulis menemukan bahwa kualitas layanan internet banking  melibatkan faktor-faktor evaluasi subjektif, seperti keamanan, akurasi, dan konten. Lichtenstein dan Williamson (2006) menunjukkan bahwa pengguna internet banking ang memiliki latar belakang teknik dan memahami teknologi keamanan memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi pada keamanan di Internet daripada pengguna yang tidak mempunyai  keterampilan ini. Liao dan Wong (2007) berpendapat bahwa keamanan dianggap memiliki efek hubungan positif pelanggan dengan  e-banking. Selain itu, Sathye (1999), Liao dan Cheung (2002) menunjukkan bahwa semakin aman pengguna mempersepsikan internet banking tersebut, semakin mungkin pengguna menggunakan internet banking. Dari penelitian yang dilakukan oleh Al-Somali, Gholami, dan Clegg ( ) didapatkn bahwa Keamanan (security) memiliki pengaruh yang signifikan pada perceived ease of use (PEOU) dan bersama-sama mempunyai 67%  varians.Kedua faktor ini memiliki koefisien jalur positif  0.560 dan 0.626 yang berarti bahwa hipotesis 2 dan 3 juga didukung. Oleh karena itu, hubungan berikut dihipotesiskan:
Hipotesis13: Security akan mempunyai pengaruh positif terhadap  perceived
                       ease of   use of Internet banking.

1.5.3.4. Quality of the Internet connection 

Kualitas koneksi Internet dilihat sebagai komponen penting untuk aplikasi berbasis Internet. Sathye (1999) menggunakan akses Internet sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi adopsi Internet banking. Tanpa koneksi Internet yang tepat penggunaan Internet banking tidak mungkin. Pikkarainen et. Al. (2004) mengidentifikasi pentingnya kualitas koneksi Internet yang layak dalam mengadopsi Internet banking dan ia menyimpulkan bahwa tanpa koneksi Internet yang tepat, penggunaan Internet banking tidak mungkin. Dalam kasus Arab Saudi, Internet diperkenalkan pada 1998 dan dikontrol oleh pemerintah Saudi dan firewall diciptakan untuk memblokir pengguna dari mengakses materi di Internet yang melanggar agama atau budaya Saudi (misalnya situs porno). Oleh karena itu, hubungan berikut dihipotesiskan:

Hipotesis 14: Quality of the Internet connection mempunyai dampak positif
                        pada  perceived ease of use pelanggan.

1.5.4 .Demographic characteristics

Karakteristik demografi Konsumen  telah digunakan secara ilmiah untuk membedakan bagaimana satu segmen konsumen berbeda dari segmen lain (Kotler, 1982). Dalam menilai Internet banking, karakteristik demografi, seperti umur, status perkawinan, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan tahunan, dan kualifikasi pendidikan memiliki pengaruh pada cara  konsumen menggunakan Internet banking. Temuan oleh Barnett (1998) menunjukkan bahwa konsumen yang lebih muda, lebih nyaman akan lebih meungkin menggunakan Internet banking dibandingkan dengan konsumen yang lebih tua dan lebih cenderung tidak menggunakan layanan internet banking . Demikian pula, Karjaluoto (2002) menunjukkan pengguna perbankan Internet lebih muda dari pengguna non-Internet banking. Temuan ini menyiratkan konsumen yang lebih tua yang cenderung untuk kurang mendukung Internet banking. Dalam hal status perkawinan, Stavins (2001) mengidentifikasi konsumen yang telah menikah konsumen lebih mungkin untuk mengadopsi Internet banking.
1.5.4.1. Age/Usia

Literarur mengenai Teknologi penerimaan mengusulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara usia dan penerimaan teknologi baru. Pelanggan yang lebih tua yang ditemukan memiliki sikap negatif terhadap teknologi dan inovasi. Di sisi lain orang dewasa muda dianggap lebih tertarik dalam menggunakan teknologi baru, seperti Internet untuk melakukan kegiatan i mencari produk-produk baru dan informasi produk untuk membandingkan dan mengevaluasi pilihan mereka. (Czaja dan Sharit, 1998 Czaja et al., 2001; LU et al., 2003). Wang et al. (2003) menemukan bahwa usia memiliki pengaruh yang signifikan pada penerimaan pengguna Internet banking. Selain itu, Alagheband (2006) menegaskan bahwa orang muda lebih mungkin untuk mengadopsi Internet banking. Umumnya, Harrison dan Rainer, 1992 menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara usia dan penerimaan inovasi di mana ia menemukan bahwa konsumen yang lebih tua terdapat terus lebih negatif sikap terhadap teknologi baru. Oleh karena itu, hubungan berikut dihipotesiskan:

Hipotesis15: Usia memiliki dampak signifikan pada sikap pelanggan 
                       menggunakan internet banking. Pelanggan yang muda lebih
                        cenderung untuk   mengadopsi Internet banking.

1.5.4.2. Financial Income
Faktor demografi terakhir yang diteliti adalah pendapatan. Pendapatan telah terbukti berpotensi memberikan efek yang kuat pada adopsi dan Difusi teknologi. Individu yang lebih tua antara 26 dan 45 menyandarkan dalam kategori pendapatan yang lebih tinggi, posisi pekerjaan yang lebih tinggi dan lebih tinggi kualifikasi pendidikan (Venkatesh dan Morris, 2000). Menurut sebuah survei Eropa yang dilakukan pada tahun 2002, pengambil keputusan dewasa dengan pendapatan tahunan pribadi 77, USD 240 yang cepat merangkul teknologi baru, dengan 26 persen menggunakan WAP (wireless application protocol) telepon. (Crawford, 2002).
Hipotesis 16: Pendapatan memiliki dampak signifikan pada sikap pelanggan 
                      menggunakan Internet banking.

1.5.4.3. Gender
Segmentasi karakteristik  gender  juga memengaruhi preferensi menggunakan  Internet banking. Temuan oleh Katz dan Aspden (1997) menunjukkan bahwa laki-laki lebih mungkin untuk menggunakan Internet banking daripada perempuan . Demikian pula, Karjaluoto (2002) menemukan bahwa pengguna perbankan Internet didominasi oleh laki-laki. Oleh karena itu, hubungan berikut dihipotesiskan:
Hipotesis 17 : Konsumen pria lebih mungkin mengadopsi internet banking
                       dibandingkan dengan    Konsumen Perempuan

1.5.4.3. Education Level
Terbukti bahwa kualifikasi pendidikan  konsumen memiliki efek positif pada Internet perbankan dapat ditemukan pada studi yang dilakukan oleh Al-Ashban dan Burney (2001) dan Stavins (2001). Al-Ashban dan Burney (2001) menetapkan bahwa semakin meningkat tingkat kualifikasi pendidikan konsumen , semakin meningkat pula mereka mengadopsi internet banking. Demikian pula, Stavins (2001) mengidentifikasi konsumen yang lama sekolahnya cenderung menggunakan Internet banking.
Hipotesis 18: Pendidikan memiliki dampak positif pada sikap pelanggan    
                     menggunakan Internet banking
1.5.4.4. Occupation
Munene, Pettigrew dan Mizerski (2005) mengidentifikasi hubungan yang signifikan antara pekerjaan  responden dengan  online banking. Para penulis menunjukkan bahwa orang-orang yang mempunyai pekerjaan manajerial, administratif, profesional, atau para professional cenderung menggunakan elektronik banking. Demikian pula, hasil studi yang dilakukan oleh Babiarz dan Devaney (2007) menunjukkan bahwa  konsumen yang memegang pekerjaan manajerial, profesional atau teknis berhubungan secara positif dengan adopsi  Internet banking  Oleh karena itu tingkat pekerjaan yang dimiliki mempunyai  dampak pada konsumen dalam memilih Internet banking. Maka dapat didalilkan  bahwa tingkat kedudukan mempunyai hubungan  positif dengan pilihan dalam mengadopsi Internet banking (Stavins, 2001).
Hypothesis 19: Pekerjaan mempunyai pengaruh positif pada adopsi  Internet
                         banking.

1.6.Model Riset Teoritis
Kami memperluas model penerimaan teknologi (Davis, 1989) dan menjelaskan niat perilaku oleh  sikap terhadap penggunaan layanan internet banking, , Subjective Norms (Social Norm dan Religiosity), Perceived Behavioral Control,dan karakteristik demografi konsumen diwakili oleh gender, status perkawinan, usia, kualifikasi pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan,. Semua faktor tersebut juga melekat di dalam masyarakat di Kalimantan Barat dan factor-faktor ini diusulkan ke dalam kerangka  teoritis seperti yang disajikan  dalam gambar 1 di bawah ini.
 B


















      GAMBAR  1 : MODEL  PENELITIAN
     ATT :       Attitude Towards use    PU:    Peceived Usefulness    SE:    Security
SN:    Subjective Norm    PEOU:    Perceived ease of Use    QI:    Quality of Internet connection
AI:    Adoption Intention    TR:    Trust    OCC:    Occupation
U:    Online banking Usage    AW:    Awareness of Services    EDU:    Education
DC:    Demographic Characteristics    GEN:    Gender    INC:    Income
REL:    Religiosity    SN:    Social Norm    IS    Internet Skill
WD:    Web  Design    IE:    Internet Experience    ME:    Marketing Exposure

2.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan kerangka TAM  yang telah dimodifikasi oleh Wang et. al. (2003).  Model analisis dalam penelitian ini dapat dilihat  pada Gambar 1 dimana terdapat 23. Variabel laten yang digunakan adalah attitude yang didahului oleh Perceived usefulness, perceived ease of use, dan Trust, Subjective Norms yang dibentuk oleh social norms dan religiosity, Perceived Behavioral Control  yang didahului oleh Internet experience, Internet Skill, Web Design/features, dan Marketing Exposure, Perceived usefulness yang didahului oleh awareness of services and its benefits, Perceived ease of Use yang didahului oleh quality of internet connection dan security, serta Demographic Characteristics (age,gender, occupation, income level, dan education).

Bagian ini memberikan  penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam studi ini. Kerangka empiris dalam penelitian ini didasarkan pada model pilihan kualitas. Diskusi tentang desain penelitian, analisis statistik,  pengembangan format  kuesioner  dan membangun pengukuran dibahas disini.
2.1.Desain Penelitian
Menurut Nasir (2003:84) rancangan penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Proses penelitian  dimulai dari interprestasi, pemilihan serta perumusan masalah sampai dengan perumusan hipotesis serta kaitannya dengan teori dan kepustakaan yang ada . Proses selanjutnya adalah tahapan operasional. Dalam Penelitian ini digunakan survey sample dari suatu populasi dengan menggunakan questionaire sebagai alat pengumpul data dan melakukan analisis terhadap responden sebagai subyek penelitian. Rancangan untuk jenis penelitian ini yang menguji hipotesis mencantumkan teori dan dasar kebenaran hipotesis yang diuji.
Studi ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan atau pengaruh antara   awareness of services and its benefits dengan perceived usefulness, antara security dan quality of internet connection dengan perceived ease of use; pengaruh antara perceived usefulness dan perceived ease of use dengan attitudes towards using; pengaruh antara Trust dengan attitude towards using; pengaruh antara religiosity dan social norms dengan subjective norm ; pengaruh antara demographic characteristics dengan attitudes towards using ; pengaruh antara internet experience, internet skill, web design, dan marketing exposure dengan perceived behavioral control; pengaruh antara attitude, subjective norms, demographic characteristics, dan perceived behavioral control dengan  dengan adoption intention; serta pengaruh antara adoption intention dengan internet banking usage..
2.2. Populasi, Sampel, Jumlah Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Data primer yang  digunakan dalam studi ini dikumpulkan melalui survei kuesioner. Sampel diambil dari nasabah-nasabah  bank di provinsi Kalimantan Barat, Indonesia dengan tujuan  untuk meneliti  faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam mengadopsi Internet banking. Data yang dikumpulkan menggunakan sampling aksidental yaitu penulis membagikan questionnaire kepada orang yang memenuhi criteria yang ditetapkan yaitu orang yang saat ini sedang menggunakan internet banking yang secara kebetulan bertemu dengan penulis.  Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah bank pengguna internet Banking yang ada di 13 Kabupaten di wilayah Kalimantan Barat.Dipilihnya nasabah bank dalam penelitian ini karena nasabah bank diasumsikan selalu membutuhkan teknologi/sistim informasi seperti internet banking untuk mempermudah aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan bank.Jumlah ppopulasi pengguna internet banking tidak bisa ditentukan karena peneliti kesulitan memperoleh data dan ijin dari bank-bank pengguna internet banking seperti BCA, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI 1946, Bank Kalbar, Bank Bukopin, Bank Syariah, Bank Permata, dan bank Muamalat. Bank-bank tersebut berargumen bahwa data nasabah  merupakan rahasia bank . Pedoman yang digunakan oleh bank-bank tersebut adalah UU No.10 Tahun 1998 (tentang perbankan)  pasal 1 butir 28 bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai masalah nasabah penyimpan dan simpanannya. Untuk mendapatkan ijin penelitian, maka peneliti meminta surat ijin dari Bank Indonesia selaku bank sentral dengan alasan pengawasan bank umum/komersial diatur oleh bank Indonesia.. Responden yang berusia kurang dari 18 tahun tidak dijadikan sampel dalam  survey ini karena  mereka akan  mengalami kesulitan menafsirkan pertanyaan-pertanyaan survei. Pelanggan yang  berada di depan  mal-mal didekati untuk diminta secara sukarela berpartisipasi dalam  penelitian ini . Selain itu, Crouch (1984, p 142) merekomendasikan bahwa ukuran sampel minimum  untuk survey konsumen kuantitatif aadalah berkisar  dari 300 sampai dengan 500 orang responden . Oleh karena itu, studi ini diperlukan digunakan tanggapan dari setidaknya 300 orang responden .

Berdasarkan pendapat Crouch tersebut, dalam penelitian ini akan diambil sampel yang yaitu 390 orang responden dengan menggunakan area sampling. Peneliti akan mengambil sampel di 13 kabupaten di Kalimantan Barat, yaitu Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kota Singkawang, kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Melawi,Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, dan Kabupaten Ketapang, serta kabupaten Landak. Di setiap kabupaten akan diambil sampelnya sebanyak 30 orang responden. Penarikan sampel di tiap tiap wilayah akan digunakan accidental random sampling.

2.3. Instrumen Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah data primer , yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Data untuk studi  ini  dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur yang  diberikan tatap muka. Semua variabel yang dioperasionalkan  mengacu pada artikel  mengenai online banking (Henning et al, 2008; Zheng, L.  2010; Shchiglik and Barnes (2004) ; Kim and Lee, (2006) : Chau, V.S.  (1998) . Survei kuesioner ini dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama ini dirancang untuk memisahkan pelanggan yang mengadopsi Internet banking dari para pelanggan yang tidak mengadopsi Internet banking. Bagian dua dirancang untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi minat konsumen untuk mengadopsi Internet banking. Bagian tiga dirancang untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan  untuk tidak mengadopsi Internet banking. Bagian terakhir menetapkan karakteristik demografis dan sosial-ekonomi nasabah bank yang berpartisipasi dalam studi ini.Semua pertanyaan memanfaatkan skala Likert mulai dari 1 = sangat tidak setuju untuk 7 = sangat setuju.
2.4. Pengukuran Konstruk atau variabel
Konstruks pada bagian satu diukur dengan menggunakan skala  nominal skala dan skala interval. Skala Likert tertimbang  digunakan untuk mengukur semua konstruks ppada  bagian dua dan tiga di mana masing-masing skala menunjukkan tingkat persetujuan responden terhadap  sebuah pernyataan yang diukur dengan nenggunakan skala tujuh titik , dengan 1 “ sangat tidaks setuju  dan 7 , dan pilihan 4 menunjukkan netral  (tidak juga tidak setuju dan tidak juga setuju) . Skala tujuh-titik dapat meningkatkan variasi dan keandalan dari tanggapan yang diberikan responden  (Nunnally, 1978). Skala Nominal skala dan skala interval digunakan untuk mengukur konstruksi dalam empat bagian.
Penggunaan kata kata yang berlawanan telah digunakan dalam bagian  tiga karena  bagian ini berkenaan dengan pelanggan yang tidak menggunakan Internet banking. Selain itu, beberapa pertanyaan secara acak ditempatkan di bagian dua dan tiga untuk mengurangi terjadinya bias yang sistematis dari tanggapan yang diberikan responden  (Sekaran, 1992).
2.4.1. Security
Tabel 1.1. menunjukkan operasionalisasi setiap variabel security (SE), awareness of services and its benefits (AW), Quality of Internet connection (QI), Trust (TR), Perceived Usefulness (PU), Perceived Ease of use (PEOU), , Behavioral Intention yo use (AI), Attitudes towards Using (ATT),. Item dalam bentuk pernyataan yang menilai security,  awareness of services and its benefits (AW), Quality of Internet connection (QI), Trust (TR), Behavioral Intention yo use (AI), Attitudes towards Using (ATT) yang disadur  dari Al-somali et al (2008 ), Perceived Usefulness (PU), Perceived Ease of use (PEOU yang disadur dari Kashier et al (2009).. Pernyataan-pernyataan ini sudah sedikit dimodifikasi menggambarkan persepsi terhadap penggunaan Internet banking.
Tabel.1.1. Operasionalisasi Variabel Security
Variable    Item    Description    Referensi
Security    SE1    Kebijakan security mengenai pemakaian internet banking disediakan bagi nasabang .    Al-Shomali, Gholami, dan Clegg ( 2008)
    SE2    Security internet Banking sangat penting   
    SE3    Saya akan merasa aman mengirim informasi yang sensitive melalui internet   
    SE4    Menggunakan internet untuk melakukan transaksi uang sangat aman   .   
Awareness of Services and Its Benefits    AW1    Saya menerima cukup informasi mengenai pelayanan internet banking .    Al-Shomali, Gholami, dan Clegg (2008 )
    AW2    Saya menerima cukup informasi mengenai manfaat internet Banking .   
    AW3    Saya menerima cukup informasi menggunakan internet banking.   
    AW4    Saya menerima cukup informasi mengenai internet banking dari bank.   
Quality of Internet Connections     QI1    Akses ke internet sangat mudah    Al-Shomali, Gholami, dan Clegg ( )
    QI2    Internet memungkinkan melakukan transaksi keuangan secara online dengan akurat   
    QI3    Adalah efisien  menggunakan internet untuk menangani transaksi keuangan   
    QI4    Internet memungkinkan nasabah mengakses website bank   
    QI5    Internet menjamin bahwa semua transaksi ke bank sudah selesai   
Perceived Usefulness     PU1    Menggunakan layanan internet banking dapat menghemat waktu     Kashier et al (2009)
    PU2    Saya berpendapat layanan internet Banking sangat berguna atau bermanfaat   
    PU3    Saya berpendapat bahwa internet banking merupakan layanan yang menyenangkan   
    PU4    Menggunakan layanan internet banking memungkinkan saya untuk menyelesaikan kegiatan perbankan saya dengan lebih cepat.   
Perceived ease of use    PEOU1    Menggunakan layanan  internet banking mudah dan jelas    Kashier et al (2009)
    PEOU2    Sangat mudah bagi saya untuk belajar bagaimana memanfaatkan layanan internet banking   
    PEOU3    saya mendapatkan layanan perbankan internet merupakan saluran termudah untuk digunakan  dibandingkan dengan menggunakan sistem pembayaran elektronik lainnya (seperti phone banking, ATM, kartu kredit).   
Trust    TR1    Internet banking dapat dipercaya    Al-Shomali, Gholami, dan Clegg (2008 )
    TR2    Saya percaya akan manfaat mengambil keputusan ke tempat internet banking   
    TR3    Situs internet banking selalu menepati janji dan komitmennya   
    TR4    Situs Internet banking selalu mengingat kepentingan nasabah   
    TR5    Saya percaya pada situs internet banking pada bank saya.   
    AI2    Saya mengharapkan penggunaan internet banking saya untuk tetap menangani transaksi keuangan saya di masa yang akan datang   
    AI3    Saya akan merekomendasikan orang lain untuk menggunakan internet Banking   
           
    ATT 1    Perkembangan internet banking akan membantu nasabah   
    ATT 2    Saya akan mendorong penggunaan internet banking di antara kolega-kolega saya   
    ATT 3    Saya tidak puas dengan layanan bank  secara tradisional;ketika melakukan kegiatan keuangan   
    ATT 4    Seluruhnya, sikap saya terhadap internet banking adalah positif.   
2.4.2. Subjective Norms
Tabel 1.2. menunjukkan operasionalisasi setiap variabel Subjective Norm. Item dalam bentuk pernyataan yang menilai Religiosity dan    social Norms yang disadur dari Kashier et al (2009). Untuk mengukur norma-norma subjektif, responden diminta untuk menunjukkan SETUJU atau TIDAK SETUJU dengan keyakinan mereka bahwa  bahwa keputusan mereka untuk mengadopsi Internet banking akan dipengaruhi oleh social norms tersebut
1.2. Operasionalisasi Variabel Subjective Norms/Social Influence
Variable    Item    Description    Referensi
SUBJECTIVE NORMS    SN 1    Kelompok referensi saya  memengaruhi saya memutuskan untuk menggunakan internet banking .    Kashier et al (2009)
    SN 2    sepenuhnya setuju dengan pendapat rujukan saya bahwa saya harus menggunakan layanan internet banking secara terus-menerus   

2.4.3.Perceived Behavioral Control
Table 1.3 menggambarkan operationalisasi  masing-masing dimensi perceived behavioral control . Untuk mengukur internet Skills, internet Experience , Web design/Features, dan Marketing Exposures  dalam menggunakan sistim internet banking , instrumen yang dikembangkan oleh Lai (1995),  Novak dan Hoffman (1997), dan Zheng L, (2010) diadaptasi dalam konteks Internet banking. Responden diminta untuk menunjukkan kepercayaan mereka dalam menggunakan Internet banking.
Tabel 1.3. Operasionalisasi Variabel PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL
Variable    Item    Description    Referensi
INTERNET SKILLS    IS1    Saya sangat terampil menggunakan  Internet.    Lai (1995);
Novak and Hoffman (1997)
    IS2    Saya menganggap diri saya memiliki pengetahuan yang baik tentang  teknik-teknik pencarian di Internet   
    IS3    .saya tahu sedikit tentang penggunaan internet jika dibandingkan dengan  kebanyakan pengguna   
    IS4    Saya  tahu bagaimana cara  menemukan apa yang saya inginkan di Internet dengan  menggunakan mesin pencari.   
WEB DESIGN/FEATURES    WDF1    Saya suka tampilan dan nuansa situs web internet banking    Zheng L, (2010)
    WDF2    Informasi yang ditampilkan pada layar jelas, baik terorganisir, jelas dan mudah dibaca.   
    WDF3    Website menawarkan saya informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan saya   
    WDF4    Website menawarkan informasi dalam lebih dari satu bahasa   
    WDF5    Posisi informasi pada website memungkinkan saya untuk dengan mudah menavigasi situs.   
    WDF6    Link dalam situs web memungkinkan saya untuk pindah dengan mudah bolak-balik antara bagian dari situs web   
    WDF7    Situs internet banking  berisi font yang besar  yang dapat dibaca   
    WDF8    Fungsi pencarian dalam situs memungkinkan saya untuk menemukan informasi yang saya butuhkan   
    WDF9    Website memperbarui informasi secara teratur.    
        situs internet banking sangat friendly user    
MAREKTING EXPOSURES    ME 1    Internet Banking  telah banyak diiklankan dan dipromosikan di media lokal seperti koran , majalah dan tv .    Zheng L, (2010
    ME 2    bank utama saya sering mengiklankan dan mempromosikan internet banking    
    ME 3    bank saya menggunakan situs mereka untuk mempromosikan jasanya .   
    ME 4    Bank saya mendorong saya untuk  menggunakan situs web   
INTERNET EXPERIENCE    IE 1    Saya  merasakan penggunaan Internet banking seperti milik pribadi.    Zheng L, (2010)
    IE 2    Menggunakan layanan internet banking memungkinkan saya untuk menyelesaikan kegiatan perbankan lebih cepat   
    IE 3    Menggunakan  layanan Internet banking   dapat meningkatkan kinerja saya    
    IE 4    Menggunakan layanan internet banking  memungkinkan saya dapat  mencapai lebih banyak kegiatan perbankan daripada tanpa menggunakan internet banking   
    IE 5    Menggunakan layanan Internet banking memungkinkan  saya dapat mengendalikan  kegiatan keuangan melalui bank   
    IE 6    Menggunakan Internet banking memungkinkan saya untuk dapat mengatur tugas-tugas perbankan saya.   
    IE 7    Menggunakan Internet banking meningkatkan waktu luang saya   
    IE 8    Menggunakan Internet banking membuat saya  lebih mudah untuk membayar tagihan saya.   
    IE 9    Ketika datang untuk melakukan transaksi seperti transfer dana, saya lebih suka melakukan internet internet banking daripada menggunakan cara  konvensional   
    IE 10    Menggunakan Internet banking memerlukan sedikit usaha mental.   
    IE 11    Menggunakan layanan internet banking  bisa menyenangkan   
    IE 12    Internet banking adalah cara mudah untuk melakukan transaksi perbankan   
    IE 13    Belajar untuk mengoperasikan  Internet banking mudah bagi saya.   

DEMOGRAPHIC CHARACTERISTICS:
GENDER  (+/-) = Gender; 1 jika responden adalah pria ; 0 jika perempuan
AGE (+/-) = variable dummy untuk kelompok usia
Age group 1; 1 jika responden berumur antara 18 dan 35 tahun ; 0 sebaliknya
Age group 2; 1 jika responden berumur antara  36 dan  45 tahun ; 0 sebaliknya
Age group 3; 1 Jika responden berumur antara 46 dan 61  tahun atau di atas  61 tahun ; 0 sebaliknya
EDU (+/-) = Variabel dummy untuk kualifikasi pendidikan
Kualifikasi pendidikan 1; 1 Jika responden selesai sekolah dasar atau lebih rendah, SMP atau SMA; 0 sebaliknya
Kualifikasi pendidikan 2; 1 Jika responden selesai dua tahun gelar perguruan tinggi atau sarjana; 0 sebaliknya
Kualifikasi pendidikan  3; 1 Jika responden menyelesaikan pasca sarjana atau gelar yang lebih tinggi; 0 sebaliknya
OCC (+/-) = Dummy variable for occupational status
Status pekerjaan 1; 1 Jika responden adalah orang yang profesional atau perdagangan; 0 sebaliknya
Status pekerjaan  2; 1 Jika responden adalah mahasiswa; 0  sebaliknya
Status pekerjaan 3; 1 Jika responden adalah seorang pelayan l; 0 sebaliknya
Status pekerjaan 4; 1 Jika responden adalah buruh atau famer; 0 sebaliknya
Status Pekerjaan 5; 1 Jika responden penjualan/pelayan; 0 sebaliknya
Status pekerjaan 6; 1 Jika responden adalah menganggur, rumah, pensiun atau bekerja dengan orang lain; 0 sebaliknya
INC (+/-) = Dummy variables for annual income levels
Tingkat pendapatan 1; 1 jika tingkat pendapatan tahunan responden adalah Rp 1.000.000 – 5.000.000 rupiah, dan 0 sebaliknya
 tingkat pendapatan 2; 1 jika tingkat pendapatan tahunan responden adalah Rp. 5.000.001 – Rp.10.000.000,00; nilai 0 sebaliknya
Tingkat pendapatan 3; 1 jika tingkat pendapatan tahunan responden di atas Rp.10.000.000,00; 0 sebaliknya
2.5. Teknik Analisis
Berdasarkan  rumusan masalah, kerangka konseptual dan hipotesis yang ada, penelitian ini menggunakan teknik analisis sebagai berikut :
2.5.1. Uji Validitas dan Realibilitas
Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.  Pengujian instumen biasanya terdiri dari uji validitas dan reliabilitas.
Validitas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004:137). Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur.
Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika instrument yang digunakan sudah tidak valid dan reliable maka dipastikan hasil penelitiannya pun tidak akan valid dan reliable. Sugiyono (2007: 137) menjelaskan perbedaan antara penelitian yang valid dan reliable dengan instrument yang valid dan reliable adalah bahwa Penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti
Cara pengukurannya dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dan menggunakan Structural Equation Modelling .

3.5.2. STRUCTURAL EQUATION MODELLING
Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik analisis multivariat yang dikembangkan guna menutupi keterbatasan yang dimiliki oleh model-model analisis sebelumnya yang telah digunakan secara luas dalam penelitian statistik. Model-model yang dimaksud diantaranya adalah regression analysis (analisis regresi), path analysis (analisis jalur), dan confirmatory factor analysis (analisis faktor konfirmatori) (Hox dan Bechger, 1998).
Analisis regresi menganalisis pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis pengaruh tidak dapat diselesaikan menggunakan analisis regresi ketika melibatkan beberapa variabel bebas, variabel antara, dan variabel terikat. Penyelesaian kasus yang melibatkan ketiga variabel tersebut dapat digunakan analisis jalur. Analisis jalur dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total suatu variabel bebas terhadap variabel terikat.
Analisis lebih bertambah kompleks lagi ketika melibatkan latent variable (variabel laten) yang dibentuk oleh satu atau beberapa indikator observed variables (variabel terukur/teramati). Analisis variabel laten dapat dilakukan dengan menggunakan analisis faktor, dalam hal ini analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis). Analisis pengaruh semakin bertambah kompleks lagi ketika melibatkan beberapa variabel laten dan variabel terukur langsung. Pada kasus demikian, teknik analisis yang lebih tepat digunakan adalah pemodelan persamaan struktural (Structural Equation Modeling). SEM merupakan teknik analisis multivariat generasi kedua, yang menggabungkan model pengukuran (analisis faktor konfirmatori) dengan model struktural (analisis regresi, analisis jalur).
Memang telah banyak alat analisis untuk penelitian multidimensi, bahkan selama ini telah dikenal luas. Namun semuanya itu belum mampu melakukan analisis kausalitas berjenjang dan simultan. Kelemahan utama dari alat analisis multivariat dimaksud, terletak pada keterbatasannya yang hanya dapat menganalisis satu hubungan pada satu waktu. SEM merupakan sebuah jawaban. SEM kini telah dikenal luas dalam penelitian-penelitian bisnis dengan berbagai nama : causal modeling, causal analysis, simultaneous equation modeling, analisis struktur kovarians, path analysis, atau confirmatory factor analysis.
Sebagai teknik statistik multivariat, penggunaan SEM memungkinkan kita melakukan pengujian terhadap bentuk hubungan tunggal (regresi sederhana), regresi ganda, hubungan rekursif maupun hubungan resiprokal, atau bahkan terhadap variabel laten (yang dibangun dari beberapa variabel indikator) maupun variabel yang diobservasi/ diukur langsung. SEM kini telah banyak diaplikasikan di berbagai bidang ilmu sosial, psikologi, ekonomi, pertanian, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Makalah ini akan memperkenalkan konsep SEM untuk diaplikasikan dalam penelitian statistik yang mendukung penelitian di bidang persandian.
3..5.4. PENGUJIAN HIPOTESIS
    Sesuai dengan hipotesis dan jalur, maka dilakukan pengujian sebagai berikut :
1.    Awareness of Services and its benefits  akan berdampak positif pada perceived usefulness. dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
PU  1 =  D1 AW + €1
2.    Perceived usefulness secara positif mempunyai pengaruh pada attitudes towards using  dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
ATT  1 =  D1 PU  + €1

3.    Security its benefits  akan mempunyai pengaruh positif pada perceived Ease of Use. dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
PEOU  1 =  D1 SE + €1

4.    Quality of Internet Connections   akan mempunyai pengaruh positif pada perceived Ease of Use. dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
PEOU  1 =  D1 QI + €1

5.    Perceived Ease of Use mempunyai pengaruh positif pada Attitudes towards using  dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
ATT 1 =  D1 PEOU + €1

6.    Trust mempunyai pengaruh positif pada Attitudes towards using  dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
ATT 1 =  D1 TR + €1

7.    Demographic Characteristics mempunyai pengaruh secara positif pada Niat menggunakan internet Banking dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
DC 1 = D1 DC + €1

DC 2 = D2 DC + €2

DC 3 = D3 DC + €3

DC 4 = D4 DC + €4

DC 5 = D5 DC + €5

AI 1 = Ý1  DC + Z1

8.    Attitudes towards using mempunyai pengaruh positif pada adoption intention. dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
AI 1 =  D1 ATT + €1

9.    Social Norms mempunyai pengaruh positif pada Subective Norms . dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
SN 1 =  D1 sn + €1

10.    Religiosity mempunyai pengaruh positif pada Subective Norms . dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
SN 1 =  D1 RE + €1

11.    Subjective Norms  mempunyai pengaruh positif pada adoption intention dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
AI 1 =  D1 SN + €1

12.    Perceived Behavioral Control  mempunyai pengaruh positif pada adoption intention dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
PBC1 = D1 PBC + €1
PBC2 = D2 PBC + €2
PBC3 = D3 PBC + €3
PBC4 = D4 PBC + €4
AI 1 = Ý1  PBC + Z1
13.    Adoption intention  mempunyai pengaruh positif pada internet banking Usage  dapat dinyatakan dalam alur dan persamaannya, yaitu
U 1 =  D1 A1  + €1

      Langkah-langkah Pemodelan Model SEM
Ferdinand (2002: 33), langkah pemodelan SEM dapat dilakukan sebagai berikut :
1.    Pengembangan model teoritis

Dalam langkah pertama yaitu melakukan pengembangan suatu model teoritis dengan jalan eksplorasi  ilmiah melalui telaah pustaka dalam usaha untuk memperoleh  justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan. Teknik ini digunakan untuk menguji suatu pengujian empiric. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji interaksi antara sikap, subjective norms, realibility dan internet prestige, Perceived behavioral control, demographic characteristics terhadap niat untuk mengadopsi internet banking dan mengadopsi internet banking.

2.    Pengembangan diagram jalur
Model teoritis yang telah dikembangkan atau dibangun pada langkah yang disebut pertama dilakukan dengan cara menggambarkan diagram jalur. Konstruk-konstruk yang dibangun pada diagram jalur dibedakan dalam dua kelompok, yaitu;
•    Variable eksogen atau yang disebut dengan source variable atau independent variable yang tidak diprediksi oleh variable lain, yaitu Security, Subjective Norms, Perceived Behavioral Control, Reliability, Internet Prestige, dan Demographic characteristics.
•    Variabel endogen merupakan factor-faktor yang diprediksi oleh suatu atau beberapa konstruk. Variabel endogen dapat  memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, namun demikian variable eksogen hanya berhubungan kausal dengan variable endogen
3.    Konversi diagram jalur ke dalam persamaan
Model dengan jalur dirupakan  dalam persamaan-persamaan structural (structured equation) dan persamaan spesifikasi model pengukuran. Persamaan structural dirumuskan  untuk menyatakan hubungan kasualitas antar konstruk yang ada.

•    Persamaan structural dibangun berdasarkan  pedoman sebagai berikut :
Variabel endogen  : variable eksogen + variable endogen + error
Dalam kajian ini, persamaan strukturalnya disajikan sebagai berikut :

Y1(ATT0)= β1 OCC+ β2 EDU+ β3 GEN+ β4 INC+ β5 AGE + β6 DC+
                  €1
Y2(ATT1) = β1 AW+ β2 PU+  €1
Y3(ATT2) = β1 SE+ β2 QI + β2 PEOU +  €1
Y4(AI) =      β3 SE+ β4 QI  + β5 Y1(ATT0) +β6 Y2(ATT1) + β7 Y3 
                  (ATT2)+  €2

Y5 (AI) = β1 REL+ β2 sn + β3 SN +  €1
Y6 (AI) = β1 IS+ β2 WD + β3 IE + β4 ME + β5 PBC+ €1
Y7(AI)  = β1 IS+ β2 WD + β3 IE + β4 ME + β5 PBC+ β6Y5(AJ) + €2

Y8 (U) = β1 ATT+ β2 AI +  €1
Y9 (U) = β1 ATT+ β2 SN + β3 AI + β4 Y8(U) + €1
Y10(U)  = β1 ATT+ β2 SN + β3 AI + β4 Y8(U) + β5 Y9(U) + €2

•    Pemilihan matriks input dan estimasi model
Pada langkah ini melakukan pemilihan jenis input yaitu kovarians atau korelasi yang sesuai. Apabila yang diuji hubungan kausalitas, untuk itu input yang digunakan adalah kovarians dan mengingat penelitian ini akan menguji  hubungan kasualitas maka matriks kovarians yang diambil sebagai input dalam operasi SEM, estimasi yang  akan dilakukan secara bertahap, yaitu :
a.    Estimasi Measurement model dengan teknik confirmatory factor analysis merupakan salah satu teknik analisis statistic multivariate dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara bersama sama pada semua variable  tanpa membedakan variable tergantung dan bebas dan biasanya disebut interdependence method. Jadi dengan teknik confirmatory factor analysis dapat menguji tingkat emosionalitas dari konstruk-konstruks eksogen dan endogen.
b.    Estimasi analisis Jalur sebagai metode untuk mempelajari pengaruh secara langsung atau tidak langsung dari variable bebas terhadap variable tergantung dan digunakan untuk menelaah hubungan antar model kasual yang telah dirumuskan  oleh penelitian atas dasar pertimbangan teooritis dan pengetahuan tertentu. Dalam  model kasual dibedakan antara variable eksogen dan variable endogen. Variabel eksogen adalah variable yang keragamannya tidak  dipengaruhi oleh penyebab suatu sistim. Variabel ini tidak dapat ditetapkan hubungan kasusalnya dan ditetapkan sebagai variable pemula yang member efek kepada variable lain sedangkan variable endogen adalah variable yang keragamannya dijelaskan oleh variable eksogen dan variable endogen lainnya dalam model.
4.    Menilai Problem Identifikasi
Problem identifikasi dalam hal ini adalah  problem  mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik. Problem  identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala sebagai berikut :
a.    Standard error untuk satu atau beberapa koefisien  adalah sangat besar.
b.    Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang seharusnya disajikan
c.    Munculnya angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negative.
d.    Munculnya korelasi yang tinggi antar koefisien estimasi yang didapat (misalnya lebih dari 0,9).
5.    Evaluasi model
Evaluasi  terhadap ketepatan model pada dasarnya telah dilakukan  pada saat model diestimasi oleh AMOS. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur  pengumpulan  dan pengolahan data yang dianalisis  dengan pemodelan SEM adalah sebagai berikut :
a.    Ukuran sampel minimum jumlahnya 100
b.    Normalitas  dan linearitas. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode statistic, sedangkan uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data dan dilihat pola penyebarannya untuk ada tidaknya linearitas.
c.    Outliers, yaitu observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariant maupun multivariant, yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan Nampak sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya.
d.    Multicollinearity dan Singularity
Multicollinearity dapat dideteksi dari determinan matrik kovarians. Nilai determinan matriks kovarian yang sangat kecil member indikasi adanya masalah multicollinearity dan singularity. Perlakuan data yang dapat diambil adalah  mengeluarkan variable yang menyebabkan singularitas. Apabila singularity dan multicollinearity ditemukan dalam data yang dikeluarkan maka salah satu perlakuan yang diambil adalah menciptakan composite variables, selanjutnya menggunakan composite variables dalam analisis selanjutnya.
6.    Interpretasi dan Modifikasi Model
   Interpretasi dan modifikasi model dilakukan terhadap model yang dikembangkan, bila ternyata estimasi tersebut memiliki tingkat prediksi tidak seperti yang diharapkan yaitu apabila terdapat residual yang besar. Namun demikian, modifikasi hanya dapat dilakukan bila terdapat justifikasi teoritis yang cukup kuat. Alasan penggunaan SEM pada penelitian ini karena pertama, SEM memiliki kemampuan untuk menguji indicator dari suatu konstruks dalam sekali pengujian yang tidak dapat dilakukan oleh analisis lainnya. Kedua, untuk serangkaian hubungan yang rumit (banyak konsep) yang diuji secara simulltan maka SEM akan memberikan efisiensi secara statistic (Hair, et al, 1995 : 65).. ketiga , mampu menguji hubungan tidak langsung  antar konstruk (unobservable variables). Keempat,   Mampu memodelkan variabel laten sengan sejumlah indikatornya. Kelima,      Mampu membedakan kesalahan pengukuran dan kesalahan model. Keenam,    Mampu menguji model secara kesuluruhan, bukan hanya menguji koefisien model secara individu. Ketujuh,    Mampu memodelkan variabel mediator. Kedelapan,  Mampu memodelkan hubungan antar error. Kesembilan,   Mampu menguji silang koefisien model dari berbagai kelompok sampel. Kesepuluh,      Mampu memodelkan dinamika suatu fenomena. Kesebelas,    Mampu mengatasi data yang hilang, dan keduabelas, mampu menangani data tidak normal
     Adapun kelemahan atau keterbatasan menggunakan Model SEM adalah sebagai berikut: (1).SEM tidak digunakan untuk menghasilkan model namun untuk mengkonfirmasi suatu bentuk model, (2) Hubungan kausalitas diantara variabel tidak ditentukan oleh SEM, namun dibangun oleh teori yang mendukungnya, (3)      SEM tidak digunakan untuk menyatakan suatu hubungan kausalitas, namun untuk menerima atau menolak hubungan sebab akibat secara teoritis melalui uji data empiris, dan (4)     Studi yang mendalam mengenai teori yang berkaitan menjadi model dasar untuk pengujian aplikasi SEM

REFERENSI
Al-Alawi, A. I. (2005). Adoption and Awareness of Online Banking Issue among  Mature Users. Asian Journal of Information Technology 4(9): 856-860.
Al-Somali, S. A., Gholami, R., &  Clegg, B. (2008). Internet Banking Acceptance in  the Context of Developing Countries: An Extension of the Technology Acceptance  Model. Operations and Information Management Groups, Aston Business School, Bormingham  B47ET, UK.
Amin, H. (2007). Extending TAM To SMS Banking: Analyzing The Gender Gap Among Students, International Journal of Business and Society, 8 (1),  24–45.

Amin, H. (2007). An Empirical Investigation on Consumer Acceptance of Internet Banking in An Islamic Bank, Labuan Bulletin of  International Business & Finance, 5 (1),  42–62.

Amin, H. (2010). Factors Affecting the Decisions of Tabung Haji Customers in Malaysia  to use ATM Banking : An Empirical Investigatiion,  Journal of Internet Banking and Commerce,15 (2),  1-12.

Black, N.,  Lockett, A.,  Winklhofer, H., &  Ennew, C. (2001).  The adoption of  internet financial services: a qualitative study”, International Journal of Retail and Distribution Management, 29 (8),  390-8.
Chan, S.C. & Lu, M. ( 2004).  Understanding internet banking adoption and use behaviour: A Hongkong Perspective, Journal of Global Information Management (online journal from proquest), 12 (3), 21.
Christiyanti et al (2010). Acceptance Model (Tam): Empirical Study Of Bank Customers In Bekasi City. 2011 International Conference on Innovation, Management and Service, .14(2011) IACSIT Press, Singapore
Cunningham, S.M. (1967).  The major dimensions of  perceived risk. in Cox, D.F. (Ed.), Risk Taking and  Information Handling in Consumer Behavior, pp. 82-108. Boston,MA : Graduate  School of Business Administration, Harvard University Press.
Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of
information technology. MIS Quarterly, 13(3): 318-340.

Gan, C., Clemens, M., Limsombunchai, V., & Weng, A. (2006). A Logit Analysis  of Electronic Banking in New Zealand. International Journal of Bank Marketing, 24 (6), 360-383.
Gopi, M, & Ramayah, T. (2007).  Applicability Of Theory Of Planned Behavior In Predicting Intention To Trade Online: Some Evidence From A Developing Country, International Journal of Emerging Markets, 2(4), 348-360.
Guriting P, Ndubisi, N.O. (2006). Borneo online banking: evaluatingcustomer perceptions and behavioural intention. Management Research News. 29 (1/2), 6-15.
Hernández-Ortega, B., Jiménez-Martínez, J., & Hoyos, M. J. M. D. (2007). An analysis of Web Navigability in Spanish Internet Banking. The Journal of Internet banking and Commerce, December 2007, 12(3).
http://www.buzzle.com/articles/what-is-internet-banking.html
http://a.parsons.edu/~limam240/thesis/documents/Diffusion_of_Innovations.pdf
http://www.Foresight.gov.uk/Previous_Rounds/Foresight_1999_2002/Crime_Preventi
on/Reports/Etailing%20New%20opportunities%20Main%20Report/Index.html
Hoppe, R., Newman, P., & Mugerra, P. (2001). Factors Affecting the Adoption of  Internet Banking in South Africa : a Comparative Study. An Empirical Research  Paper presented to the Department of Information Systems University of Cape Town in partial fulfillment of the requirements for the course on Information Systems Honours (INF 414 W).
Igbararia, M., Zinatelli, N., Craggg, P., dan Cavaye, A.L.M., (1997), “Explaining The Role of User Participation in Information System Use”, Management Science, Vol. 40., No.4.
Igbaria, M., & Iivari, J. (1995). The Effects of Self-efficacy on Computer Usage. Omega, Int. Mgmi Sci, 23 (6), 587-605.
Jarvennpaa, S.L.,  &Todd, P.A. (1996). Consumer reactions to electronic shopping on the world wide web.  International Journal of Electronic Commerce,  1 (2) ,  59-88.
Jiang, J. J., Hsu, M. K., Klein, G., & Lin, B. (2000). E-commerce user behavior model: an empirical study. Human Systems Management, 19,(4), 265-276.
Jun, M. & Cai, S. (2001). The key determinants of Internet banking service quality: a content analysis. International Journal of Bank Marketing, 19(7), 276-291.
Karjaluoto, H., Mattila, M., & Pento, T. (2002). Factors underlying attitude formation towards online Internet banking in Finland. International Journal of Bank Marketing, 20(6), 261-272
Kasheir et al (2009). Factors Affecting Continued Usage of Internet Banking Among Egyptian Customers. Communications of the IBIMA, 9
Karahanna, E., Straub, D.W., & Chervany, N.L. (1999). Information technology adoption across time: A cross-sectional comparison of pre-adoption and post-adoption beliefs. MIS Quarterly, 23(2), 183-213.
Lau, S.M. (2002). Strategies to motivate brokers adopting on-line trading in Hong Kong financial market. Review of Pacific Basin Financial Markets and Policies, 5(4), 471-489
Lin, C., Hu, PJ-H., & Chen, H. (2003). Technology implementation management in lawenforcement: COPLINK system usability and user acceptance evaluations. RetrievedFebruary 11, 2006, from
http://www.diggov.org/dgrc/dgo2003/cdrom/PAPERS/hci_usability/lin_coplink.pdf
Mathieson K (1991). Predicting user intentions: comparing thetechnology acceptance model with the theory of planned behavior.Info. Syst. Res. 2(3): 173-191
Mattila, A., & Mattila, M., (2005). How perceived security appears in the  commercialization of Internet banking. International Journal of Financial Services  Management 2005, 1( 1), 89 – 101.
McDaniel, S. W., & Burnett, J. J. (1990). Consumer religiosity and retail store evaluative criteria. Journal of the Academy of Marketing Science,  18, 101-112
Ndubisi, N.O., Jantan, M., & Richardson, S. (2001). Is the technology acceptance model valid for entrepreneurs? Model testing and Hanudin / Labuan Bulletin of International Business & Finance, 5, 2007, 41 – 65 examining usage determinants. Asian Academy of Management Journal, 6 (2), 31 – 54.
Nysveen, H., Pedersen, P.E. & Thorbjornsen, H. (2005) Explaining intention to use mobile chat services: moderating effects of  gender. Journal of Consumer Marketing, 33(5), 247 – 256
Padachi, K., Rojid, S., & Seetanah, B. (2007). Analyzing the Factor that Influence the Adoption of Internet Banking in Mauritius. Paper presented at the Proceedings of the 2007 Computer Science and IT Education Conference
Plouffe, C.R., Hulland, J.S., & Vandenbosch, M. (2001). Research report: Richness versus parsimony in modeling technology adoption decisions – Understanding merchant adoption of a smart card-based payment system. Information Systems Research, 12(2), 208-222.
Polatoglu, V. N. & Ekin, S. (2001). An empirical investigation of the Turkishconsumers‟ acceptance of Internet banking services. International Journal of BankingMarketing, 19(4), 156-165. •
Raman, A. (2011). The Usage of technology among Education Students in University Utara Malaysia: An Application of Extended Technology Acceptance Model, International Journal of Education and development Using Information and communication Technology, 7 (3),  4–17.
Ramayah T, Jantan, M., Noor M.N.M. & Ling, K.P. (2003).  Receptiveness Of Internet Banking By Malaysian Consumers. Asian Academy of Management Journal, 8( 2), 1-29.
Ramayah T, Taib, F. M. & Ling, K.P. (2006).  Classifying Users And Non-Users Of Internet Banking In Northern Malaysia. Journal of Internet Banking and Commerce, 11 (2). http://www.arraydev.com/commerce/JIBC/0306-04.htm
sathye, M. (1999). Adoption of Internet Banking by Australian consumers: an empirical investigation. The International Journal of Bank Marketing. 17(7), 324-334.
Taylor, S., & Todd, P. A. (1995). Understanding information technology usage: A test of competing models. Information Systems Research, 6(2), 144-175.
Stavins, J. (2001). Effects of Consumer characteristics on the use of payment instruments. New England Economic Review, No.3, 19-31
Taylor, S., & Todd, P. A. (1995). Understanding information technology usage: A test of competing models. Information Systems Research, 6(2), 144-175.
Terpstra, V., and David, K. (1991), The Cultural Environment of International Business, 3rd ed., South-Western Publishing Company, Ohio.
http://sandiman.org/index.php/more-about-joomla/32-karya-tulis-seminar-jabfung/38-pengenalan-structural-equation-modeling